HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Sesungguhnya
manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dan lain-lainnya.
PENGERTIAN
MANUSIA MENURUT PARA AHLI
NICOLAUS
D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka,
tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal
karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
ABINENO
J. I
Manusia adalah “tubuh yang
berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh
yang fana”.
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi
dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik.
I
WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang
dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
OMAR
MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang
paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk
yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
ERBE
SENTANU
Manusia adalah mahluk
sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan
Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
PAULA
J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk
terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas
keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan
unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
PENGERTIAN
MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM
Dalam
Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan,
al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang,
jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’).
Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam
karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam
Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah selaku
pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu
Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu
diberi-Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu
surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari,
meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian saja.
Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul
secara analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian
laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber
dari konsep awal dari Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.
Hasil
peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia
terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.
A.
Jasad
Jasad
merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan
dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang
dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi
sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan
tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma dan ovum bersatu dan
tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang
dililiti daging dan kemudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging.
Setelah ia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu
kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.
Meskipun
wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan
untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma
dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran
mengharapkan agar umat manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban
(Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal
bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah. Sedangkan kata thayyiban
bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.
B.
Ruh
Ruh adalah
daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam
kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan Surat Shaad 27) ketika
janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya
istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah
Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam diri
manusia, ruh berfungsi untuk:
1. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara
193)
2. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)
Dari ayat
ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima beban
perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya
ia selalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang
tidak ada usaha untuk menganalisa wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk
menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia mengkhianati ruh yang ada dalam
dirinya.
C.
Nafs
Para ahli
menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa
yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan
Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan
bahwa ruh manusia menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses
pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna dengan tanah.
Alquran
menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat
ini secara tegas memberikan pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah
kejahatan.
2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3
dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud
dengan nafs lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh
dengan akhirat.
3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat
27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk
mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.
PENCIPTAAN
MANUSIA
Hal ini
merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dalam Al-Quran,
ketika menyatakan bahwa Allah maha pencipta. Dengan kata lain, kehidupan
manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari
perubahan samapi kematian.
(Q.S Nuh 13-14)
menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk perkembangan dalam
tahapan. Ayat ini dalam pengertian bahwa manusia diciptakan dari nutfah
(tetesan), kemudian diubah menjadi alaqah (segumpal pendarahan), kemudian
menjadi mudhgah (segumpal darah), dan seterusnya.
(Q.S
al-insyqaq 19) dalam pengertian surat ini bahwa manusia tumbuh dari satu
keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua
setelah muda dan kuat.
Dalam surat
al’mu’minun ayat 12-15Allah S.W.T berfirman ;
Artinya : “12.
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.13. Kemudian kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).14.
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya
kamu sekalian benar-benar akan mati.(QS. Al- Mu’minuun 23: 12-15).“
Dari ayat
diatas ini diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara bertahap.
Tahapan-tahapan yang digambarkan dua ayat ini sama persis dengan temuan ilmu
pengetahuan modern. Secara global, pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai
berikut: Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan
diletakan pada semacam tabung yang disebut fallopian. Saat
bersenggama, akan ada satu sperma laki-laki yang membuahi sel telur. Sel telur
yang dibuahi akan bergerak ke rahim (uterus) dan menempel pada dinding
rahim. Ketika menempel di dinding rahim, embrio akan berkembang sekitar 3
bulan. Setelah itu, terjadi perkembangan janin selama kurang lebih 6 bulan pada
masa persalinan.
Artinya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalam (tubuh)nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.(Q.S assajadah
7-9)
Dari ayat Al-quran
diatas, dapatlah di tarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari
tanah. Tanah yang diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan tempat
bercocok tanam, tanah yang kering dan yang basah, tanah yang dijadikan tempat
hidup bagi cacing-cacing, tanah yang dijadikan sebagai bahan baku membuat
genting, bata merah untuk membuat bangunan tempat tinggal, itulah bahan baku
untuk kejadian seorang anak manusian dan tiap-tiap manusia tanpa terkecuali. Di
mulai dari apa yang dimakan sehari-hari, misalnya nasi, gandum, jagung, sayur-mayur
dan buah-buahan hingga daging, segala makanan yang dikonsumsi manusia itu
tumbuh dan mengambil sari makanan dari tanah.
Didalam
segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan Allah atas alam.
Di dalam makanan itu terdapat protein, karbohidrat, zat besi, berbagai macam
vitamin dan zat-zat lain yang memang sangat diperlukan bagi keperluan tubuh
manusia. Sehingga dengan makanan itu segala kebutuhan tubuh dapat tercukupi,
makanan masuk ke dalam sisitem pencernaan, kemudian makanan ini menjadi dua
bagian, yaitu sari makanan dan sisa makanan yang akhirnya dibuang oleh tubuh.
Sedangkan sari makanan tadi diproses lebih lanjut sehingga sebagian menjadi
darah, hormon, air susu, lemak dan lain-lainnya termasuk air mani (bagi
laki-laki) yang tersimpan dalam tulang sulbi dan ovum (sel telur) bagi
perempuan yang tersimpan dalam tulang dada. Dan dengan kehendak Allah maka pria
dan wanita pun di ciptakan untuk berpasang-pasangan karena dengan perpaduan
gender mereka terciptalah suatu nutfah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah S.W.T
dalam firmannya:
Artinya
: dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. dari air mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat 45-46)
Dan kehendak
ilahi berpadulah satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur yang
sangat kecil. Perpaduan keduanya itulah yang dinamakan nutfah,
kian lama kian besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari
Dan dalam
masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk
melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur
ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang
dengan dingin, di dalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat
yang terjamin dan terpelihara.
Lepas 40
hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa menjadi segumpal
darah. Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu sangat
berpengaruh atas badan si ibu, pendingin, pemarah, berubah-ubah perangai,
kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur
membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah
sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persendian air yang
kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya
hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan
tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh
daging. Pada saat itu dianugrahkan kepadanya ”ruh”, makanya bernafaslah dia.
Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah
sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. (Dudung Abdullah; 1994:3).
Dalam surat
al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud . (al-hijr(15);28-29).
Tentang ruh
(ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang mengandung embrio yang
terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia,
sedikitnya juga keterangan tentang makhluk ghaib itu diberikan tuhan dalam.
Al-quran. “Dan (ingatlah), ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tenah liat kering yang
berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud (al-hajr(15);28-29). Yang dimaksud”dengan bersujud” dalam ayat
ini bukanlah menyembah, tetapi memberi penghormatan.
Alquran
tidak member penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan di dalam
al-quran intuk menyelidiki ruh yang gaib, sebab penyelikikan tentang ruh,
mungkin berguna, mungkin pula tidak berguna, dalam hubungan dengan masalah ruh
ini tuhan berfirman dalam Surat Al-Isra: 85
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S. Al-Isra: 85).
Ayat-ayat
diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan
tertentu. Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi kehidupan
manusia pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori besar,
kelahiran dan pasca kelahiran. Al-quran juga menyatakan, sebagimana petikan
(Q.S Al-hajj 5) bahwa periode perkelahiran telah ditentukan (biasanya 9 bulan
dalam keadaan normal). Namun Al-quran juga menyebutkan bahwa ada kasus-kasus pengecualian
dimana periode prakelahiran dihentikan, sebelum atau setelah waktu yang normal.
PERSAMAAN
DAN PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAKLUK LAIN
Manusia
tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah
laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf
bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola
tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat di temukan
intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan,
sehinggga memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah di gariskan
secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen
dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada
hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan,
kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang
di banding dengan makhluk lain.
Manusia
sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang
memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda
dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak
perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk yang lain adalah
dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang
memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
bersifat instinctif.
Di banding
makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan untuk bergerak di
darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya mampu bergerak di ruang
yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air,
namun tetap saja mempunyai kterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain di Surat Al-Isra ayat 70.
Di samping
itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan
manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di
lebihkan dari makhluk lainnya.
Manusian
memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang paling
mirip sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya
konsekuensi kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan.
Diantara karakteristik manusia adalah:
1. Aspek kreasi Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di
rakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa di bandingkan
dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaannya,
tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse, demikian pula
organ-organ lainnya.
2.
Aspek ilmu Hanya manusia yang punya
kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam semesta di sekelilingnya. Pengatahuan
hewan hanya berbatas pasa naluri dasar yang tidak bisa di kembangkan melalui
pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang
terus berkembang.
3.
Aspek kehendak Manusia memiliki kehendak
yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidup. Makhluk lain hidup dalam
suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah. Para malaikat yang
mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
4.
Pengarahan akhlak Manusia adalah makhluk
yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelulmnya baik, tetapi
karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi penjahat. Demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan
generasi yang akan datang.
Jika manusia hidup dengan
ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan
demikian manusia disamakan dengan binatang. Seperti dalam surat al- Araaf, 129
dan at-Tin, 4.
TUJUAN
PENCIPTAAN MANUSIA
Tujuan penciptaan manusia
adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh
diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin
salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam
menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan
vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal
(manusia dengan alam semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada
Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah
kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu penyembahan harus
dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada
manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah
berfirman:
Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki
rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi
aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh. (Az-Zaariyaat, 51:56-58).
Dan mereka telah di
perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang lurus.
(Bayinnah, 98:5)
Penyembahan yang sempurna
dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di
muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat
terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia
tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah
tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.
FUNGSI
DAN PERANAN MANUSIA DALAM ISLAM
Berpedoman kepada QS Al-Baqoroh
30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan
sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran
Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut
memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya
dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya
adalah:
1.
Belajar
(surat An naml: 15-16 dan Al Mukmin: 54); Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.
Mengajarkan
ilmu (al Baqoroh: 31-39); Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib
untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah
Al Quran dan juga Al Bayan
3.
Membudayakan
ilmu (al Mukmin: 35); Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan
kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Qur’an
disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.
Menjadi
abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada
nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau
melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam
perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini
tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu”
Menjadi
saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa
hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari
akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi
orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain
Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf:172.
“Dan
(ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
Khalifah
Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang
telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi.
Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden
tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam
yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan
Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu
memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.
TANGGUNG
JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
Sebagai
makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di
hadapan-Nya. Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas
kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah,
berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi.
Kekuasaan
yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah
dan mendayagunakanvapa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai
dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar manusia bisa menjalankan
kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran dalam
segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum
yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia bisa menyusun konsep-konsep serta
melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.
Dua peran
yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd merupakan
perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai
kebenaran. Oleh karena itu hidup seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah,
kerja keras yang tiada henti, sebab bekerja bagi seorang muslim adalah
membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan
sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal yang bertentangan melainkan suatu
kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah ralisasi dari
pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi
tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah, seperti
firman Allah dalam surat Ath-Thin: 4.
Dengan
demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan
sekaligus menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada
ketrbatasan.
Perwujudan
kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya, atau
dengan kata lain kekhalifaan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks
indvisu dan sosial yang berporos pada Allah, seperti firman Allah dalam
Muthathohirin: 112.
KESIMPULAN
Berdasarkan
berbagai aspek yang telah Saya paparkan, maka Saya dapat menyimpulkan bahwa hakekat
manusia dalam pandangan Islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang mampu
merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai
khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk
lainnya, seperti akal dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam
bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dan Saran dari Kawan-kawan sekalian sangat Saya Harapkan...